BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel
pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat khas leukemia
adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Selain itu juga proliferasi
terjadi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis,
seperti meningens, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Insidensi Leukemia di
Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun. Leukemia pada anak berkisar pada
3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun . Untuk insidensi ANLL di Amerika Serikat
sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang di Inggris, Jerman, dan Jepang
berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun.
Di Indonesia sendiri
pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama
bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari 33
penderita leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang menderita
AML (60%) ( Boediwarsono, 1998). Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai
Leukemia maka kami mengambil kesimpulan bahwa leukemia merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa Pengertian
Leukemia ?
1.2.2
Apa Etiologi Leukemia
?
1.2.3
Bagaimana
Patofisiologi Leukemia ?
1.2.4
Apa saja Klasifikasi
Leukemia ?
1.2.5
Bagaimana Manifestasi
Klinis Leukemia ?
1.2.6
Apa saja Komplikasi
dari Leukemia ?
1.2.7
Bagaimana Terapi
Leukemia ?
1.2.8
Bagaimana Konsep
Keperawatan Leukemia ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui Pengertian
Leukemia.
1.3.2
Mengetahui Etiologi
Leukemia.
1.3.3
Mengetahui
Patofisiologi Leukemia.
1.3.4
Mengetahui Klasifikasi
Leukemia.
1.3.5
Mengetahui Manifestasi
Klinis Leukemia.
1.3.6
Mengetahui Komplikasi
Leukemia.
1.3.7
Mengetahui Terapi pada
Leukemia.
1.3.8
Mengetahui Konsep
Keperawatan Leukemia.
BAB
II
KONSEP
MEDIS
2.1 Pengertian
Leukemia
Leukemia berasal dari
bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan haima (darah). Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan
getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan
lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk
sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut
akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Tetapi terkadang
proses yang teratur ini berjalan menyimpang, sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya.
Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel
darah putih secara abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Pengertian lain
menjelaskan, Leukemia adalah neoplasma
akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa. Leukemia
mempunyai sifat khusus yaitu proliferasi.
Proliferasi merupakan tidak teratur atau
akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum
tulang normal. Selain terjadi di dalam sumsum tulang, proliferasi juga
terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ
nonhematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia tergolong
akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum
tulang. Leukemia akut merupakan keganasan
primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh
komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ
lain.
Leukemia tergolong
kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda. Selain
akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih
muda.
BAB
II
KONSEP
MEDIS
2.1 Pengertian
Leukemia
Leukemia berasal dari
bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan haima (darah). Leukemia adalah jenis
kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker
bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan
tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh.
Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan
menggantikannya.
Tetapi terkadang
proses yang teratur ini berjalan menyimpang, sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya.
Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel
darah putih secara abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Pengertian lain
menjelaskan, Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk
darah dalam sumsum tulang dan limfa. Leukemia mempunyai sifat khusus yaitu
proliferasi. Proliferasi merupakan tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen
sumsum tulang normal. Selain terjadi di dalam sumsum tulang, proliferasi
juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ
nonhematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia tergolong
akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum
tulang. Leukemia akut merupakan keganasan
primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh
komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ
lain.
Leukemia tergolong
kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda. Selain
akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih
muda.
1.
Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang
tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun
pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia
yang sangat tinggi.
2.
Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat
menyebabkan kerusakan kromosom, misalnya : radiasi, bahan kimia, dan
obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut,
khususnya ANLL.
b)
Virus.
Dalam
banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia
pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA
dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada
sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA
yang menyebabkan leukemia pada hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh
Takatsuki dkk.
c)
Bahan Kimia dan
Obat-obatan
Paparan kronis dari
bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan peningkatan insidensi
leukemia akut, misalnya pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. Selain
benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara
lain : produk – produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan
ladang elektromagnetik.
Sedangkan dari
obat-obatan, obat anti neoplastik ( misalnya : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML.
d)
Radiasi
Hubungan yang erat
antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada pasien-pasien anxylosing
spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain : seperti
peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan
bom atom.
Peningkatan resiko
leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi, misalnya:
pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .
e)
Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi
setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute
Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit
Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara.
Hal ini disebabkan
karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain
menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA
2.3 Patofisiologi Leukemia
Manifestasi klinis
penderita leukemia akut disebabkan
adanya penggantian sel pada sumsum tulang oleh sel leukemik , menyebabkan
gangguan produksi sel darah merah. Depresi produksi platelet yang
menyebabkan purpura dan kecenderungan terjadinya perdarahan .
Kegagalan mekanisme
pertahanan selular karena penggantian sel darah putih oleh sel leukemik, yang
menyebabkan tingginya kemungkinan untuk infeksi . Infiltrasi sel-sel leukemik
ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-sel leukemik yang dapat menyebabkan
pembesaran dari organ-organ tersebut. Sedangkan pada penderita Leukemia itu
sendiri disebabkan oleh :
a)
Normalnya tulang
marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b)
Sistem
retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan
tubuh dan mudah mengalami infeksi
c)
Manifestasi akan
tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf
pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan
berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan.
d)
Adanya infiltrasi pada
ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,nodus limfe,
dan nyeri persendian.
2.4 Klasifikasi Leukemia
a)
Leukemia
Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel sistem hematopoetik yang
kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid, monosit, granulosit (basofil,
netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b)
Leukemia Mielogenus Krinis
(LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel
sistem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang
individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan
tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, dan
limpa membesar.
c)
Leukemia
Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan
ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak
menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penanganan penyakit.
d)
Leukemia
Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas
limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang
terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu
perkembangan sel normal.
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik
yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a) Pilek tidak sembuh-sembuh & sakit kepala
b) Pucat, lesu, mudah terstimulasi, merasa lemah
atau letih
c) Demam, keringat malam dan anorexia
d) Berat badan menurun
e) Ptechiae, memar tanpa sebab, mudah berdarah
dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah
kecil di bawah kulit)
f) Nyeri pada tulang dan persendian
g) Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak
nyaman di perut (akibat pembesaran limpa).
2.6 Komplikasi
a)
Nyeri
tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk)
b)
Pengeroposan
tulang sehingga tulang mudah patah.
c)
Anemia
d)
Infeksi
bakteri berulang
e)
Gagal
ginjal
2.7 Terapi
Pengobatan
leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit penyerta, antara lain :.
a)
Radioterapi
dan Kemoterapi,
dilakukan
ketika sel leukemia sudah terjadi metastasis. Kemoterapi
juga dilakukan
pada fase induksi remisi yang bertujuan mempertahankan remisi selama
mungkin.
b)
Terapi
modlitas, untuk
mencegah komplikasi, karena adanya pansitopenia, anemia, perdarahan, dan infeksi.
Pemberian antibiotik dan transfusi darah dapat diberikan.
c)
Pencegahan
terpaparnya mikroorganisme dengan isolasi.
d)
Transplantasi
sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif terbaik dalm
penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan
limphoma, dan
anemia
aplastik.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah
dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa
keperawatan.
Pengkajian pada
leukemia meliputi :
1.
Riwayat penyakit
2.
Kaji adanya
tanda-tanda anemia :
a.
Pucat
b.
Kelemahan
c.
Sesak
d.
Nafas cepat
3.
Kaji adanya
tanda-tanda leukopenia:
a.
Demam
b.
Infeksi
4.
Kaji adanya
tanda-tanda trombositopenia :
a.
Ptechiae
b.
Purpura
c.
Perdarahan membran
mukosa
5.
Kaji adanya tanda-tanda
invasi ekstra medulola :
a.
Limfadenopati
b.
Hepatomegali
c.
Splenomegali
6.
Kaji adanya :
a.
Hematuria
b.
Hipertensi
c.
Gagal ginjal
d.
Inflamasi disekitar
rectal
e.
Nyeri
3.2 Diagnosa Keperawatan
a)
Resiko infeksi
berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
b)
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
c)
Resiko terhadap cedera
: perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
d)
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
e)
Perubahan membran
mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi.
f)
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual
dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis.
g)
Nyeri yang berhubungan
dengan efek fisiologis dari leukemia.
h)
Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i)
Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
j)
Perubahan proses
keluarga berhubungan dengan mempunyai anak atau kerabat yang menderita
leukemia.
k)
Antisipasi berduka
berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan pasien.
3.3 Intervensi dan
Rasional
a.
Resiko infeksi
berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Agar tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
1.
Pantau suhu dengan
teliti
Rasional : untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi
2.
Tempatkan pasien dalam
ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan
terpaparnya pasien dari sumber infeksi.
3.
Anjurkan semua
pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan
baik
Rasional : untuk meminimalkan
pajanan pada organisme infektif.
4.
Gunakan teknik aseptik
yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5.
Evaluasi keadaan
pasien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum,
ulserasi mukosa, dan masalah gigi.
Rasional : untuk intervensi
dini penanganan infeksi
6.
Inspeksi membran
mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah
medium yang baik untuk pertumbuhan organisme.
7.
Berikan periode
istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi
untuk penyembuhan dan regenerasi seluler.
8.
Berikan diet lengkap
nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung
pertahanan alami tubuh.
9.
Berikan antibiotik
sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai
profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
Tujuan : terjadi peningkatan
toleransi aktifitas
Intervensi :
1.
Evaluasi laporan
kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-hari
Rasional : menentukan derajat
dan efek ketidakmampuan
2.
Berikan lingkungan
tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan.
Rasional : menghemat energi
untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3.
Kaji kemampuan untuk
berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi
kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
4.
Berikan bantuan dalam
aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.
c.
Resiko terhadap
cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
Tujuan : klien tidak
menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
1.
Gunakan semua tindakan
untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan
memperberat kondisi pasien dengan adanya anemia
2.
Cegah ulserasi oral dan
rectal
Rasional : karena kulit yang
luka cenderung untuk berdarah
3.
Gunakan jarum yang
kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
4.
Menggunakan sikat gigi
yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
5.
Laporkan setiap
tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan
intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6.
Hindari obat-obat yang
mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin
mempengaruhi fungsi trombosit
7.
Ajarkan pada keluarga
dan pasien untuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
d.
Resiko tinggi
kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan munta
Tujuan :
1.
Tidak terjadi kekurangan
volume cairan
2.
Pasien tidak mengalami
mual dan muntah
Intervensi :
1.
Berikan antiemetik
awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual
dan muntah
2.
Berikan antiemetik
secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3.
Kaji respon pasien
terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada
obat antiemetik yang secara umum berhasil
4.
Hindari memberikan
makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat
dapat menimbulkan mual dan muntah
5.
Anjurkan makan dalam
porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil
biasanya ditoleransi dengan baik
6.
Berikan cairan
intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan
hidrasi
e.
Perubahan membran
mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak
mengalami mukositis oral
Intervensi :
1.
Inspeksi mulut setiap
hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan
tindakan yang segera
2.
Hindari mengukur suhu
oral
Rasional : untuk mencegah
trauma
3.
Gunakan sikat gigi
berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa.
Rasional : untuk menghindari
trauma
4.
Berikan pencucian
mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan
penyembuhan
5.
Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar
bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6.
Hindari penggunaan
larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila
digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko
aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7.
Berikan diet cair,
lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang
masuk dapat ditoleransi pasien
8.
Inspeksi mulut setiap
hari
Rasional : untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi
9.
Dorong masukan cairan
dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu
melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab
gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi
jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan
memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti
infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau
mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan
nyeri
f.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual
dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat
nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1.
Dorong keluarga untuk
tetap rileks pada saat pasien makan
Rasional : jelaskan bahwa
hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta
kemoterapi
2.
Izinkan pasien memakan
semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera makan pasien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan
nutrisi yang optimal
3.
Berikan makanan yang
disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemenyang dijual
bebas
Rasional : untuk memaksimalkan
kualitas intake nutrisi
4.
Izinkan pasien untuk
terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong
agar pasien mau makan
5.
Dorong masukan nutrisi
dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang
kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6.
Dorong pasien untuk
makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7.
Timbang BB, ukur TB
dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam
mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran
antropometri kurang dari normal
g.
Nyeri yang berhubungan
dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : pasien tidak
mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima pasien
Intervensi :
1.
Mengkaji tingkat nyeri
dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2.
Jika mungkin, gunakan
prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan
rasa tidak aman
3.
Evaluasi efektifitas
penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan
kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4.
Lakukan teknik
pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik
tambahan
5.
Berikan obat-obat anti
nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah
kambuhnya nyeri
h.
Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas
Tujuan : pasien
mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
1.
Berikan perawatan
kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini
cenderung mengalami ulserasi
2.
Ubah posisi dengan
sering
Rasional : untuk merangsang
sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3.
Mandikan dengan air
hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan
kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4.
Kaji kulit yang kering
terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau
kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada
beberapa agen kemoterapi
5.
Anjurkan pasien untuk
tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah
friksi atau trauma kulit
6.
Dorong masukan kalori
protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah
keseimbangan nitrogen yang negatif
7.
Pilih pakaian yang
longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan
iritasi tambahan
i.
Gangguan citra tubuh berhubungan
dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan
perilaku koping positif
Intervensi :
1.
Dorong pasien untuk
memilih wig (bagi perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut pasien sebelum
rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu
mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
2.
Berikan penutup kepala
yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya
perlindungan rambut
3.
Anjurkan untuk menjaga
agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan
kebotakan parsial
4.
Jelaskan bahwa rambut
mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak
berbeda
Rasional : untuk menyiapkan
pasien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
5.
Dorong hygiene,
berdandan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skraf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan
penampilan
j.
Perubahan proses
keluarga berhubungan dengan mempunyai anak atau kerabat yang menderita leukemia
Tujuan : pasien atau
keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
Intervensi :
1.
Jelaskan alasan setiap
prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Rasional : untuk meminimalkan
kekhawatiran yang tidak perlu
2.
Jadwalkan waktu agar
keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong
komunikasi dan ekspresi perasaan
3.
Bantu keluarga
merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu pasien menjalani kehidupan
yang normal
Rasional : untuk meningkatkan
perkembangan pasien yang optimal
4.
Dorong keluarga untuk
mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan pasien sebelum diagnosa dan
prospek pasien untuk bertahan hidup.
Rasional : memberikan
kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
5.
Diskusikan bersama
keluarga bagaimana mereka memberitahu pasien tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk
mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6.
Hindari untuk
menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah
bertambahnya rasa khawatiran keluarga
k.
Antisipasi berduka
berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan pasien
Tujuan : pasien atau
keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian pasien
Intervensi :
1.
Kaji tahapan berduka
terhadap pasien dan keluarga
Rasional : pengetahuan tentang
proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang
dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi
kondisinya
2.
Berikan kontak yang
konsisten pada keluarga
Rasional : untuk menetapkan
hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi
3.
Bantu keluarga
merencanakan perawatan pasien, terutama pada tahap terminal
Rasional : untuk meyakinkan
bahwa harapan mereka diimplementasikan
4.
Fasilitasi pasien
untuk mengekspresikan perasaannya melalui kegiatan yang ingin dilakukan atau
yang biasa dilakukan oleh pasien.
Rasional : memperkuat
normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Leukimia atau kanker darah adalah keganasan
pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel hemapoetik muda
yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah
normal dan disertai infiltrasi keorgan-organ lain.
Sebab-sebab terjadinya leukimia belum diketahui
secara pasti. Ada kemungkinan proses awal leukimia terjadi karena mutasi salah
satu sel yang kemungkinan berproliferasi secara tidak terkendali sebagai
penyebab sering dihubungkannya dengan radiasi, zat kimia, gangguan imunologik,
virus dan faktor genetik.
Sampai saat ini leukimia masih merupakan
penyakit yang angka kematiannya masih tinggi. Adanya mediastinal massa dan
infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang memperburuk perjalanan penyakit ini.
4.2 Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan
kepada pasien untuk bertahan hidup, dan menganjurkan pasien maupun keluarga
untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta
menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan
personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan
pelayanan kesehatan pada penderita leukemia maupun penderita kanker lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof.Iman Supandiman, dr.Els Anggraeni, dkk. 1997. Pedoman Terapi Hematologi Onkologi.
Bandung : Alumni.
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit. Jakarta : Pustaka Bunda.
Robbins dan Kumar. 1995. Buku
Ajar Patologi 1. Jakarta : Buku Kedokteran.
Yatim, Faisal. 2003. Talasemia
Leukemia dan Anemia. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus
Simadibrata K, dan Siti Setiati. 2009. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta Pusat : Interna
Publishing.
(diakses pada tanggal 27 februari 2012)
(diakses pada tanggal 27 februari 2012)
(diakses pada tanggal 28 februari 2012)
(diakses pada tanggal 28 februari 2012)